Sabtu, 15 Juni 2013

Tanah Longsor



A.    PENGERTIAN
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. 
B.     JENIS-JENIS TANAH LONGSOR
Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan. Penjelasan dari keenam jenis longsor tersebut yaitu :
1. Longsoran Translasi 
Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

2. Longsoran Rotasi 
Longsoran rotasi adalah bergerak-nya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung. 


3. Pergerakan Blok 
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu. 

4. Runtuhan Batu 
Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga meng-gantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah. 

5. Rayapan Tanah 
Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah. 
6. Aliran Bahan Rombakan 
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunung api. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak. 
C.    PROSES TERJADINYA TANAH LONGSOR
Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Tanah longsor adalah longsornya atau ambruknya tanah dan batuan ke bawah bukit. Hujan mempercepat pelongsoran tanah karena hujan menyebabkan tanah menjadi longgar dan berat. Pada pelongsoran, air berperan sebagai pelicin. Pelongsoran hanya melibatkan lapisan luar yang terlepas dari permukaan tanah.

D.    FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TANAH LONGSOR
A.  Faktor alam
a.       Kondisi alam yang menjadi faktor utama terjadinya longsor antara lain:
b.      Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiriringan lapisan, sisipan lapisan batu lempung, struktur sesar dan kekar, gempa bumi, stratigrafi dan gunung api.
c.       Iklim: curah hujan yang tinggi.
d.      Keadaan topografi: lereng yang curam.
e.       Keadaan tata air: kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air, erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.
f.       Tutupan lahan yang mengurangi tahan geser, misal tanah kritis.
B. Faktor manusia
Ulah manusia yang tidak bersabat dengan alam antara lain:
a.       Pemotongan tebing pada penambangan batu dilereng yang terjal.
b.      Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.
c.       Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
d.      Penggundulan hutan.
e.       Budidaya kolam ikan diatas lereng.
f.       Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
g.      Pengembangan wilayah yang tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat, sehingga RUTR tidak ditaati yang akhirnya merugikansendiri.
h.      Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.
C. Faktor-faktor lainnya yang turut mempengaruhi
·         erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai - sungai atau gelombang laut yang menggerus kaki lereng - lereng bertambah curam
·         lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan  hujan lebat
·         gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral dan bidang lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng tersebut
·         gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-debu
·         getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir
·         berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju

E.     DAMPAK BENCANA TANAH LONGSOR
Ø  Dampak Positif
1.      Bencana alam merenggut banyak korban, sehingga lapangan pekerjaan menjadi terbuka luas bagi yang masih hidup
2.      Menjalin kerjasama dan bahu membahu untuk menolong korban bencana, menimbulkan efek kesadaran bahwa manusia itu saling membutuhkan satu sama lain
3.      Kita bisa mengetahui sampai dimanakah kekuatan konstruksi bangunan kita serta kelemahannya,sehingga kita dapat melakukan inovasi baru untuk penangkalan apabila bencana tersebut datang kembali tetapi dengan konstruksi yang lebih baik
Ø  Dampak Negatif
1.      Banyak tenaga kerja ahli yang menjadi korban sehingga sulit untuk mencari lagi   tenaga ahli yang sesuai dalam bidang pekerjaanya
2.      Pemerintah akan kewalahan dalam pelaksaan pembangunan pasca bencana karna faktor dana yang besar
3.      Menambah tingkat kemiskinan apabila ada masyarakat korban bencana yang mengalami kerugian materi yang besar
4.      Rusaknya area pertanian, perhutanan, perkebunan, perternakan.
5.      Rusaknya Infrastruktur
a.       Daerah pemukiman penduduk.
b.      Jalan dan jembatan.
c.       Sarana pendidikan, kesehatan, dan peribadatan.
6.      Buruknya sanintasi  lingkungan.

F.     ANTISIPASI BENCANA TANAH LONGSOR

a)    Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada   lereng bagian atas di dekat pemukiman
b)   Buatlah terasering (sengkedan) pada lereng yang terjal bila membangun
c)    Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah melalui retakan.
d)   Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal.(gb.kanan) permukiman
e)    Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak.
f)    Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi.
g)   Jangan mendirikan permukiman di tepi lereng yang terjal
Pembangunan rumah yang benar di lereng bukit
h)   Jangan menebang pohon di lereng
i)     Jangan membangun rumah di bawah tebing.
j)     Tidak menebang atau merusak hutan
k)   Melakukan penanaman tumbuh-tumbuhan berakar kuat, seperti nimba, bambu, akar wangi, lamtoro dans ebagainya, pada lereng-lereng yang gandul
l)     Membangun saluran air hujan
m) Membangun dinding penan di lereng-lereng yang terjal
n)   Memeriksa keadaan tanah secara berkala
o)   Mengukur tingkat kederasan hujan

Strategi dan upaya penanggulangan bencana :
1.
Hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan pemukiman dan fasilitas utama lainnya
2.
Mengurangi tingkat keterjalan lereng
3.
Meningkatkan/memperbaiki dan memelihara drainase baik air permukaan maupun air tanah. (Fungsi drainase adalah untuk menjauhkan airn dari lereng, menghidari air meresap ke dalam lereng atau menguras air ke dalam lereng ke luar lereng. Jadi drainase harus dijaga agar jangan sampai tersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah).
4.
Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan pilling
5.
Terasering dengan sistem drainase yang tepat.(drainase pada teras – teras dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan air ke dalam tanah)
6.
Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam yang tepat (khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan lebih dari 40 derajat atau sekitar 80% sebaiknya tanaman tidak terlalu rapat serta diseling-selingi dengan tanaman yang lebih pendek dan ringan , di bagian dasar ditanam rumput).
7.
Mendirikan bangunan dengan fondasi yang kuat
8.
Melakukan pemadatan tanah disekitar perumahan
9.
Pengenalan daerah rawan longsor
10.
Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall)
11.
Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat kedalam tanah.
12.
Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari bahaya liquefaction(infeksi cairan).
13.
Utilitas yang ada didalam tanah harus bersifat fleksibel
14.
Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan.




Sumber : Buku Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya di Indonesia, Set BAKORNAS PBP dan www.bnpb.go.id
G.    HAL-HAL YANG DILAKUKAN SEBELUM DAN SESUDAH BENCANA
Ø  Sebelum
Dengan mengadakan penyuluhan kepada warga tentang bencana tanah longsor, khususnya gejala akan terjadinya tanah longsor , yaitu :
Gejala Umum tanah Longsor (SumberMPBI)
  1. muncul retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing
  2. Muncul mata air secara tiba-tiba
  3. Air sumur di sekitar lereng menjadi keruh
  4. Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan
Ø  Sesudah
1.      Tanggap Darurat.
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah.
2.      Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.
3.      Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.

H.    DAERAH RAWAN LONGSOR
Wilayah-wilayah yang rawan tanah longsor biasanya ditandai dengan :
·         Pernah terjadi bencana tanah longsor di wilayah tersebut
·         Berada pada daerah-daerah yang terjal dan gundul
·         Merupakan daerah-daerah aliran air hujan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar