TIPOLOGI INDUSTRI PERDESAAN
KECAMATAN KALINYAMATAN JEPARA-JAWA
TENGAH
Sumber Bahan
|
Jangkauan Pemasarn
|
|
Lokal
|
Non-Lokal
|
|
Lokal
|
I (kurang berkembang)
|
II (perkembangan sedang)
|
Penggilingan batu, Pengolahan Kapuk, Produksi Kerupuk Bawang dan Makaroni.
|
||
Non-Lokal
|
IV (perkembangan sedang)
|
III (perkembangan baik)
|
Mebel, Konfeksi, Produksi Rokok,
|
Kabupaten
Jepara merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang mempunyai banyak UKM (Usaha
Kecil Menengah) pada sentra-sentra industrinya, seperti sentra
industri kerajinan seni ukir, patung dan relief, sentra industri logam dan lain
sebagainya. Sentra-sentra industri tersebut berkembang sangat baik, yang semula
hanya beberapa saja, dari tahun ke tahun bertambah jumlahnya. Pemasaran yang dilakukan
UKM (Usaha
Kecil Menengah) pun cukup luas, tersebar di kota-kota di seluruh
Indonesia, mulai dari Yogyakarta, Jakarta, Bali hingga ke Sumatera. Bahkan
beberapa UKM (Usaha Kecil Menengah) telah dapat
memasarkan hasilnya ke luar negeri seperti Kanada, Spanyol, Amerika dan Arab.
Selain itu, banyak pembeli yang mengunjungi langsung sentra industri tersebut,
baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Di
Kecamatan Kalinyamatan terdapat beberapa jenis industri perdesaan (industri
kecil menengah), kemudian industri-industri tersebut akan dikelompokkan ke
dalam beberapa kuadran. Dalam penentuan kuadran, dilakukan dengan Pendekatan Bahan-Pemasaran, sehingga
akan diketahui tergolong pada Kuadran berapa industri-industri tersebut.
Matrik
Tipologi Perkembangan Industri Perdesaan :
Sumber Bahan
|
Jangkauan Pemasaran
|
|
Lokal
|
Non-Lokal
|
|
Lokal
|
I
|
II
|
(kurang berkembang)
|
(perkembangan sedang)
|
|
Non-Lokal
|
IV
|
III
|
(perkembangan sedang)
|
(perkembangan Baik)
|
Berikut
merupakan beberapa jenis industri perdesaan (usaha kecil menengah) di Kecamatan
Kalinyamatan Jepara Jawa Tengah :
1.
Penggilingan
Batu
Penggilingan batu
di Kecamatan Kalinyamatan Jepara Jawa Tengah tergolong sebagai industri
perdesaan karena industri tersebut merupakan sebuah industri yang berskala
kecil disebut juga sebagai industri rumah tangga (home industry). Berikut
adalah beberapa industri penggilingan batu tersebut :
No
|
Nama
|
Kegiatan Utama
|
1
|
Pemecahan Batu Lentor
|
Penggilingan batu
|
2
|
Pemecahan Batu Sutikno
|
Penggilingan batu
|
3
|
Penggilingan batu CV. H. Suhartono
|
Penggilingan batu
|
4
|
Penggilingan batu CV. Masfuad
|
Penggilingan batu
|
Produk
yang dihasilkan berupa gilingan batu, baik koral maupun padas. Pemasaran
sekarang tidak hanya di kecematan kalinyamatan, tetapi sudah mencapai ke
beberapa tempat atau kecamatan sekitar (non-lokal), sedangkan bahan bakunya
berasal dari lokal yakni kecamatan kalinyamatan itu sendiri. Sehingga
berdasarkan Matrik Tipologi Perkembangan Industri Perdesaan, indutri
penggilingan batu di Kecamatan Kalinyamatan digolongkan ke dalam Kuadran II (perkembangan sedang) .
Pada
industri penggilingan batu ini jenis pekerjanya dulu awalnya adalah tenaga
kerja keluarga (domestik) yang tanpa menerima bayaran, namun sekarang sudah
mengalami peningkatan yaitu dengan tenaga kerja upahan, mereka adalah warga
setempat (lokal) atau bahkan dari luar daerah tersebut (non-lokal). Dilihat
dari jumlah pekerjanya, telah diketahui bahwa industri ini dulunya hanya
dikerjakan oleh anggota keluarga yang kemudian bertambah menjadi beberapa
pekerja yang jumlahnya lumayan banyak yaitu sekitar 20-99 pekerja. Untuk
masalah modal usaha, mereka biasanya menggunakan modal dari uangnya sendiri
yang pas-pasan atau bisa juga peminjaman dari saudara (modal domestik). Kemudian
teknologi yang digunakan adalah teknologi terapan, yaitu dengan menggunakan
teknologi yang sederhana yang lebih menekankan pada indutri padat karya.
Pendekatan pengembangan indutri perdesaan penggilingan batu ini bertujuan untuk
memberikan peluang atau kesempatan kerja bagi para pengangguran di desa agar
dapat membantu tingkat perekonomian warga. Dan yang terkhir adalah maslah
pemasaran, masalah pemasaran dari penggilingan batu ini bisa dikatakan langsung
dari produsen ke konsumen tanpa adanya perantara.
2.
Mebel
Industri di Kecamatan Kalinyamatan Jepara Jawa Tengah tergolong sebagai
industri perdesaan karena industri tersebut merupakan sebuah industri yang
berskala kecil disebut juga sebagai industri rumah tangga (home industry).
Industri mebel di Jepara (Usaha kecil-menengah) berfokus pada mebel kayu
keras. Hal itu disebabkan oleh tingginya biaya modal yang diperlukan untuk
menghasilkan mebel berlapis panel. Bagi produsen kecil-menengah, biaya panel
yang dibeli sebagai bahan masih tinggi, sebagaimana harga pasar produk-produk
ini tercermin pada permintaan dalam negeri dan ekspor terhadap kayu lapis,
papan partikel, dan papan serat kepadatan sedang. Sentra-sentra industri mebel
dan kerajinan di Jawa Tengah terutama berkembang pesat di Jepara. Industri
permebelan dan kerajinan ini didominasi oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
dengan sistem home industry yang bekerjasama dengan industri-industri
besar.
Menurut Road Map Revitalisasi Industri Kehutanan Indonesia (2007),
permasalahan yang dihadapi industri permeubelan dan kerajinan sebagai berikut:
a.
kurangnya bahan baku
b.
negative brand image akibat
pembalakan liar
c.
rendahnya kualitas produk
Indonesia dibanding produk dari negara lainnya.
d.
lebih mahalnya harga produk
Indonesia dibanding pesaing.
e.
lebih disukainya produk-produk bersertifikat.
Namun tak dapat dipungkiri bahwa permebelan di Jepara sangat terkenal sampai
berbagai daerah. Industri mebel di Kecamatan Kalinyamatan yaitu Mebel Junaidi
M. Kegiatan utamanya adalah Usaha mebel. Produk yang dihasilkan berupa barang
jadi, misalnya meja, kursi, lemari, dipan, dan lain-lain yang dihiasi dengan
seni ukiran yang indah. Pemasaran kini telah mencapai ke berbagai daerah
(non-lokal), dan bahan bakunya berasal dari luar daerah (seperti Sumatara,
Kalimantan, dan lain-lain). Jadi berdasarkan Matrik Tipologi Perkembangan
Industri Perdesaan, industri Mebel tersebut tergolong pada Kuadran
Sama
halnya dengan industri penggilingan batu, industri mebel ini jenis pekerjanya
dulu awalnya adalah tenaga kerja keluarga (domestik) yang tanpa menerima
bayaran, namun sekarang sudah mengalami peningkatan yaitu dengan tenaga kerja
upahan, mereka adalah warga setempat (lokal) atau bahkan dari luar daerah
tersebut (non-lokal). Dilihat dari jumlah pekerjanya, telah diketahui bahwa industri
ini dulunya hanya dikerjakan oleh anggota keluarga yang hanya berkisar 4
pekerja yang kemudian bertambah menjadi beberapa pekerja yang biasanya
jumlahnya sekitar 10 pekerja pertempat atau sentra. Untuk masalah modal usaha,
mereka biasanya menggunakan modal dari uangnya sendiri yang pas-pasan atau bisa
juga peminjaman dari saudara (modal domestik). Kemudian teknologi yang
digunakan adalah teknologi terapan, yaitu dengan menggunakan teknologi yang
sederhana yang lebih menekankan pada indutri padat karya. Pendekatan
pengembangan indutri perdesaan mebel ini bertujuan untuk memberikan peluang
atau kesempatan kerja bagi para pengangguran di desa agar dapat membantu
tingkat perekonomian warga. Dan masalah pemasaran dari usaha mebel ini bisa
langsung dari produsen ke konsumen, bisa juga melalui perantara lainnya,
misalnya padagang perantara dan para eksportir.
Dari
beberapa industri perdesaan yang ada di Jepara, mebel merupakan industri yang
sangat terkenal, baik kualitas, kuantitas maupaun pemasarannya yang bisa
menembus ke berbagai daerah bahkan sampai luar negeri.
3.
Konfeksi
Konfeksi di
Kecamatan Kalinyamatan Jepara Jawa Tengah tergolong sebagai industri perdesaan
karena industri tersebut merupakan sebuah industri yang berskala kecil disebut
juga sebagai industri rumah tangga (home industry). Berikut adalah beberapa
industri konfeksi :
No
|
Nama
|
Kegiatan Utama
|
1
|
Kerudung Karjo
|
membuat kerudung
|
2
|
Kerudung Khoriyah
|
membuat kerudung
|
3
|
Kerudung Legiman
|
membuat kerudung
|
4
|
Kerudung Lestari Collection
|
membuat kerudung
|
5
|
Kerudung Muria Collection
|
membuat kerudung
|
6
|
Kerudung Nor Hadi
|
membuat kerudung
|
7
|
Konfeksi H. Salim
|
Konfeksi kerudung
|
8
|
Konfeksi H. Hartono
|
Usaha Konfeksi
|
9
|
Konfeksi H. Mansur
|
Usaha Konfeksi
|
10
|
Konfeksi Heri Kuswanto
|
Konfeksi Kerudung
|
11
|
Konfeksi Hj. Hayati
|
kerajinan Konfeksi
|
12
|
Konfeksi Hj. Aslimah
|
Usaha Konfeksi
|
13
|
Konfeksi Nurunnisa
|
Usaha Konfeksi
|
14
|
Konfeksi Pakaian A. Sodikin
|
Konfeksi pakaian
|
15
|
Konfeksi Pakaian Abdilah
|
Konfeksi pakaian
|
16
|
Konfeksi Pakaian Ah Sidiq
|
Konfeksi pakaian
|
17
|
Konfeksi Pakaian H. Ali Mafud
|
Usaha Konfeksi pakaian jadi
|
18
|
Konfeksi Pakaian H. Asmui
|
Usaha Konfeksi pakaian jadi
|
19
|
Konfeksi Pakaian H. Subkhan
|
Usaha Konfeksi pakaian jadi
|
20
|
Konfeksi Pakaian H. Sulaeman
|
Usaha Konfeksi pakaian jadi
|
21
|
Konfeksi Pakaian H. Muhaimin
|
Konfeksi pakaian
|
22
|
Konfeksi Pakaian H. Muzaidi
|
Konfeksi pakaian
|
23
|
Konfeksi Pakaian H. Abdul Qodir
|
Konfeksi pakaian
|
24
|
Konfeksi Pakaian H. Mustofa
|
Konfeksi pakaian
|
25
|
Konfeksi Pakaian Junaidi
|
Konfeksi pakaian
|
26
|
Konfeksi Pakaian Jupri
|
Konfeksi pakaian
|
27
|
Konfeksi Pakaian Karyoto
|
Konfeksi pakaian
|
28
|
Konfeksi Pakaian M. Nadlir
|
Konfeksi pakaian
|
29
|
Konfeksi Pakaian Maslikhan
|
Usaha Konfeksi pakaian jadi
|
30
|
Konfeksi Pakaian Masnukin
|
Konfeksi pakaian
|
Beberapa
industri konfeksi yang terdapat di Kecamatan Kalinyamatan tersebut menghasilkan
beberapa produk seperti pada tabel tersebut yaituada yang berupa pakaian maupun
kerudung. Pemasaran kini mencapai ke berbagai daerah sekitar (non-lokal),
sedangkan bahan bakunya selain dari lokal juga berasal dari non-lokal. Jadi,
berdasarkan Matrik Tipologi Perkembangan Industri Perdesaan, industri konfeksi
tersebut tergolong pada Kuadran III
(perkembangan Baik).
Di
Kecamatan Kalinyamatan, usaha konfeksi terdapat paling banyak di sini, usaha
konfeksi ini tidak berbeda dengan industri-industri perdesaan lainnya yaitu
jenis pekerjanya dulu awalnya adalah tenaga kerja keluarga (domestik) yang
tanpa menerima bayaran, namun sekarang sudah mengalami peningkatan yaitu dengan
tenaga kerja upahan, mereka adalah warga setempat (lokal) atau bahkan dari luar
daerah tersebut (non-lokal). Dilihat dari jumlah pekerjanya, telah diketahui
bahwa industri ini dulunya hanya dikerjakan oleh anggota keluarga yang hanya
berkisar 4 pekerja yang kemudian bertambah menjadi beberapa pekerja yang
biasanya jumlahnya sekitar 20 pekerja pertempat atau sentra. Untuk masalah
modal usaha, mereka biasanya menggunakan modal dari uangnya sendiri yang
pas-pasan atau bisa juga peminjaman dari saudara (modal domestik) kemudian
semakin berkembang mereka baru berani meminjam dari luar, misal Koperasi dan
sebagainya. Kemudian teknologi yang digunakan adalah teknologi terapan, yaitu
dengan menggunakan teknologi yang sederhana yang lebih menekankan pada indutri
padat karya. Pendekatan pengembangan usaha konfeksi ini bertujuan untuk
memberikan peluang atau kesempatan kerja bagi para pengangguran di desa agar
dapat membantu tingkat perekonomian warga bisanya di geluti oleh perempuan,
namun juga ada yang laki-laki. Dan masalah pemasaran dari usaha konfeksi ini
bisa langsung dari produsen ke konsumen, bisa juga melalui perantara lainnya,
misalnya padagang perantara dan para eksportir.
4.
Kapuk
Industri Kapuk di Kecamatan Kalinyamatan
Jepara Jawa Tengah tergolong sebagai industri perdesaan karena industri
tersebut merupakan sebuah industri yang berskala kecil disebut juga sebagai
industri rumah tangga (home industry).
Di
Kecamatan Kalinyamatan hanya terdapat satu industri kapuk, yaitu :
No
|
Nama
|
Kegiatan Utama
|
1
|
Kapuk Mastur
|
Pengolahan kapuk
|
Industri
kapuk tersebut menghasilkan produk olahan hasil kapuk yang berupa kasur, bantal
guling, dan lain-lain. Pemasaran mencapai ke berbagai daerah (non-lokal)
meskipun bahan bakunya berasal dari lokal. Berdasarkan Matrik Tipologi
Perkembangan Industri Perdesaan, Industri kapuk tersebut tergolong pada Kuadran II (perkembangan sedang).
Di
Kecamatan Kalinyamatan, industri kapuk hanya terdapat di satu tempat, jenis
pekerjanya dulu awalnya adalah tenaga kerja keluarga (domestik) yang tanpa
menerima bayaran, namun sekarang menjadi tenaga kerja upahan, mereka adalah
warga setempat (lokal) atau bahkan dari luar daerah tersebut (non-lokal).
Dilihat dari jumlah pekerjanya, telah diketahui bahwa industri ini dulunya
hanya dikerjakan oleh anggota keluarga yang hanya berkisar 4 pekerja yang
kemudian bertambah menjadi beberapa pekerja yang biasanya jumlahnya sekitar 20
pekerja pertempat atau sentra. Untuk masalah modal usaha, mereka biasanya
menggunakan modal dari uangnya sendiri yang pas-pasan atau bisa juga peminjaman
dari saudara (modal domestik) kemudian semakin berkembang mereka baru berani
meminjam dari luar, misal Koperasi dan sebagainya. Kemudian teknologi yang
digunakan adalah teknologi terapan, yaitu dengan menggunakan teknologi yang
sederhana yang lebih menekankan pada indutri padat karya. Pendekatan
pengembangan usaha konfeksi ini bertujuan untuk memberikan peluang atau
kesempatan kerja bagi para pengangguran di desa agar dapat membantu tingkat
perekonomian warga. Dan masalah pemasaran dari industri kapuk ini bisa langsung
dari produsen ke konsumen, bisa juga melalui perantara lainnya, misalnya
padagang perantara dan para eksportir.
5.
Rokok
Industri rokok di
Kecamatan Kalinyamatan Jepara Jawa Tengah tergolong sebagai industri perdesaan
karena industri tersebut merupakan sebuah industri yang berskala kecil disebut
juga sebagai industri rumah tangga (home industry). Berikut adalah beberapa
industri rokok :
No
|
Nama
|
Kegiatan Utama
|
1
|
Rokok Semar Mesem
|
Produksi rokok
|
2
|
Rokok Tiga Roda
|
Produksi rokok
|
3
|
Rokok Citra
|
Produksi rokok
|
4
|
Rokok Djadi Jaya
|
Produksi rokok
|
5
|
Rokok Farida Tiga Putra
|
Produksi rokok
|
6
|
Rokok H. Adlan
|
Produksi rokok
|
7
|
Rokok Layar Putih
|
Produksi rokok
|
8
|
Rokok Sami Agung
|
Produksi rokok
|
9
|
Rokok Supangat
|
Produksi rokok
|
10
|
Rokok Suyono
|
Produksi rokok
|
Beberapa
industri rokok di Kecamatan Kalinyamatan tersebut memang tidak menghasilkan
produk yang terkenal jika dibandingkan dengan produk hasil produksi
pabrik-pabrik terkenal seperti Djarum dan lainnya, meskipun hanya industri
kecil menengah, pemasarannya kini juga mencapai ke berbagai daerah (non-lokal)
dan bahan bakunya diperoleh dari non-lokal. Jadi, berdasarkan Matrik Tipologi
Perkembangan Industri Perdesaan, industri Rokok tersebut tergolong pada Kuadran III (perkembangan baik).
Di
Kecamatan Kalinyamatan, produksi rokok tidak berbeda dengan industri-industri
perdesaan lainnya yaitu jenis pekerjanya dulu awalnya adalah tenaga kerja
keluarga (domestik) yang tanpa menerima bayaran, namun sekarang sudah mengalami
peningkatan yaitu dengan tenaga kerja upahan, mereka adalah warga setempat
(lokal) atau bahkan dari luar daerah tersebut (non-lokal). Dilihat dari jumlah
pekerjanya, telah diketahui bahwa industri ini dulunya hanya dikerjakan oleh
anggota keluarga yang hanya berkisar 4 pekerja yang kemudian bertambah menjadi
beberapa pekerja yang biasanya jumlahnya sekitar 20 pekerja pertempat atau
sentra. Untuk masalah modal usaha, mereka biasanya menggunakan modal dari
uangnya sendiri yang pas-pasan atau bisa juga peminjaman dari saudara (modal
domestik) kemudian semakin berkembang mereka baru berani meminjam dari luar,
misal Koperasi dan sebagainya. Kemudian teknologi yang digunakan adalah
teknologi terapan, yaitu dengan menggunakan teknologi yang sederhana yang lebih
menekankan pada indutri padat karya. Pendekatan pengembangan produksi rokok ini
bertujuan untuk memberikan peluang atau kesempatan kerja bagi para pengangguran
di desa agar dapat membantu tingkat perekonomian warga. Dan masalah pemasaran
dari usaha konfeksi ini bisa langsung dari produsen ke konsumen, bisa juga
melalui perantara lainnya, misalnya padagang setempat atau pedagang perantara.
6.
Kerupuk
Industri Kerupuk di Kecamatan
Kalinyamatan Jepara Jawa Tengah tergolong sebagai industri perdesaan karena
industri tersebut merupakan sebuah industri yang berskala kecil disebut juga
sebagai industri rumah tangga (home industry). Berikut adalah beberapa industri
kerupuk :
No
|
Nama
|
Kegiatan Utama
|
1
|
Kerupuk Purwadi
|
Membuat kerupuk bawang
|
2
|
Kerupuk H. Toha
|
Produksi kerupuk bawang dan makaroni
|
Industri
kerupuk tersebut menghasilkan sebuah produk yaitu : kerupuk bawang dan
makaroni. Pemasaran yang dulunya hanya sebatas lokal, kini telah mencapai ke
berbagai daerah (non-lokal). Bahan bakunya berasal dari lokal sendiri. Jadi,
berdasarkan Matrik Tipologi Perkembangan Industri Perdesaan, industri kerupuk
tersebut tergolong pada Kuadran II
(perkembangan sedang).
Industri kerupuk
di Kecamatan Kalinyamatan jenis pekerjanya dulu awalnya adalah tenaga kerja
keluarga (domestik) yang tanpa menerima bayaran, namun sekarang menjadi tenaga
kerja upahan, mereka adalah warga setempat (lokal) atau bahkan dari luar daerah
tersebut (non-lokal). Dilihat dari jumlah pekerjanya, telah diketahui bahwa
industri ini dulunya hanya dikerjakan oleh anggota keluarga yang hanya berkisar
4 pekerja yang kemudian bertambah menjadi beberapa pekerja yang biasanya
jumlahnya sekitar 20 pekerja pertempat atau sentra. Untuk masalah modal usaha,
mereka biasanya menggunakan modal dari uangnya sendiri yang pas-pasan atau bisa
juga peminjaman dari saudara (modal domestik). Kemudian teknologi yang
digunakan adalah teknologi terapan, yaitu dengan menggunakan teknologi yang
sederhana yang lebih menekankan pada indutri padat karya. Pendekatan
pengembangan usaha konfeksi ini bertujuan untuk memberikan peluang atau
kesempatan kerja bagi para pengangguran di desa agar dapat membantu tingkat
perekonomian warga, dalam industri ini lebih ditekankan pada pekerja perempuan
karena berhubungan dengan dapur dan kemas-mengemas. Dan masalah pemasaran dari
industri kerupuk ini bisa langsung dari produsen ke konsumen, bisa juga melalui
perantara lainnya, misalnya padagang setempat, pedagang tengkulak, maupun
pedagang perantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar