Sabtu, 15 Juni 2013

industri perdesaan kec. kalinyamatan jepara



TIPOLOGI INDUSTRI PERDESAAN
KECAMATAN KALINYAMATAN JEPARA-JAWA TENGAH

Sumber Bahan
Jangkauan Pemasarn
Lokal
Non-Lokal
Lokal
I (kurang berkembang)
II (perkembangan sedang)
Penggilingan batu, Pengolahan Kapuk, Produksi Kerupuk Bawang dan Makaroni.
Non-Lokal
IV (perkembangan sedang)
III (perkembangan baik)
Mebel, Konfeksi, Produksi Rokok,

Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang mempunyai banyak UKM (Usaha Kecil Menengah) pada sentra-sentra industrinya, seperti sentra industri kerajinan seni ukir, patung dan relief, sentra industri logam dan lain sebagainya. Sentra-sentra industri tersebut berkembang sangat baik, yang semula hanya beberapa saja, dari tahun ke tahun bertambah jumlahnya. Pemasaran yang dilakukan UKM (Usaha Kecil Menengah) pun cukup luas, tersebar di kota-kota di seluruh Indonesia, mulai dari Yogyakarta, Jakarta, Bali hingga ke Sumatera. Bahkan beberapa UKM (Usaha Kecil Menengah) telah dapat memasarkan hasilnya ke luar negeri seperti Kanada, Spanyol, Amerika dan Arab. Selain itu, banyak pembeli yang mengunjungi langsung sentra industri tersebut, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Di Kecamatan Kalinyamatan terdapat beberapa jenis industri perdesaan (industri kecil menengah), kemudian industri-industri tersebut akan dikelompokkan ke dalam beberapa kuadran. Dalam penentuan kuadran, dilakukan dengan Pendekatan Bahan-Pemasaran, sehingga akan diketahui tergolong pada Kuadran berapa industri-industri tersebut.
Matrik Tipologi Perkembangan Industri Perdesaan :
Sumber Bahan
Jangkauan Pemasaran
Lokal
Non-Lokal
Lokal
I
II
 (kurang berkembang)
(perkembangan sedang)
Non-Lokal
IV
III
(perkembangan sedang)
(perkembangan Baik)

Berikut merupakan beberapa jenis industri perdesaan (usaha kecil menengah) di Kecamatan Kalinyamatan Jepara Jawa Tengah :
1.    Penggilingan Batu
Penggilingan batu di Kecamatan Kalinyamatan Jepara Jawa Tengah tergolong sebagai industri perdesaan karena industri tersebut merupakan sebuah industri yang berskala kecil disebut juga sebagai industri rumah tangga (home industry). Berikut adalah beberapa industri penggilingan batu tersebut :
No
Nama
Kegiatan Utama
1
Pemecahan Batu Lentor
Penggilingan batu
2
Pemecahan Batu Sutikno
Penggilingan batu
3
Penggilingan batu CV. H. Suhartono
Penggilingan batu
4
Penggilingan batu CV. Masfuad
Penggilingan batu

Produk yang dihasilkan berupa gilingan batu, baik koral maupun padas. Pemasaran sekarang tidak hanya di kecematan kalinyamatan, tetapi sudah mencapai ke beberapa tempat atau kecamatan sekitar (non-lokal), sedangkan bahan bakunya berasal dari lokal yakni kecamatan kalinyamatan itu sendiri. Sehingga berdasarkan Matrik Tipologi Perkembangan Industri Perdesaan, indutri penggilingan batu di Kecamatan Kalinyamatan digolongkan ke dalam Kuadran II (perkembangan sedang) .
Pada industri penggilingan batu ini jenis pekerjanya dulu awalnya adalah tenaga kerja keluarga (domestik) yang tanpa menerima bayaran, namun sekarang sudah mengalami peningkatan yaitu dengan tenaga kerja upahan, mereka adalah warga setempat (lokal) atau bahkan dari luar daerah tersebut (non-lokal). Dilihat dari jumlah pekerjanya, telah diketahui bahwa industri ini dulunya hanya dikerjakan oleh anggota keluarga yang kemudian bertambah menjadi beberapa pekerja yang jumlahnya lumayan banyak yaitu sekitar 20-99 pekerja. Untuk masalah modal usaha, mereka biasanya menggunakan modal dari uangnya sendiri yang pas-pasan atau bisa juga peminjaman dari saudara (modal domestik). Kemudian teknologi yang digunakan adalah teknologi terapan, yaitu dengan menggunakan teknologi yang sederhana yang lebih menekankan pada indutri padat karya. Pendekatan pengembangan indutri perdesaan penggilingan batu ini bertujuan untuk memberikan peluang atau kesempatan kerja bagi para pengangguran di desa agar dapat membantu tingkat perekonomian warga. Dan yang terkhir adalah maslah pemasaran, masalah pemasaran dari penggilingan batu ini bisa dikatakan langsung dari produsen ke konsumen tanpa adanya perantara.

2.    Mebel
Industri di Kecamatan Kalinyamatan Jepara Jawa Tengah tergolong sebagai industri perdesaan karena industri tersebut merupakan sebuah industri yang berskala kecil disebut juga sebagai industri rumah tangga (home industry).
Industri mebel di Jepara (Usaha kecil-menengah) berfokus pada mebel kayu keras. Hal itu disebabkan oleh tingginya biaya modal yang diperlukan untuk menghasilkan mebel berlapis panel. Bagi produsen kecil-menengah, biaya panel yang dibeli sebagai bahan masih tinggi, sebagaimana harga pasar produk-produk ini tercermin pada permintaan dalam negeri dan ekspor terhadap kayu lapis, papan partikel, dan papan serat kepadatan sedang. Sentra-sentra industri mebel dan kerajinan di Jawa Tengah terutama berkembang pesat di Jepara. Industri permebelan dan kerajinan ini didominasi oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan sistem home industry yang bekerjasama dengan industri-industri besar.
Menurut Road Map Revitalisasi Industri Kehutanan Indonesia (2007), permasalahan yang dihadapi industri permeubelan dan kerajinan sebagai berikut:
a.         kurangnya bahan baku
b.         negative brand image akibat pembalakan liar
c.         rendahnya kualitas produk Indonesia dibanding produk dari negara lainnya.
d.        lebih mahalnya harga produk Indonesia dibanding pesaing.
e.         lebih disukainya produk-produk bersertifikat.
Namun tak dapat dipungkiri bahwa permebelan di Jepara sangat terkenal sampai berbagai daerah. Industri mebel di Kecamatan Kalinyamatan yaitu Mebel Junaidi M. Kegiatan utamanya adalah Usaha mebel. Produk yang dihasilkan berupa barang jadi, misalnya meja, kursi, lemari, dipan, dan lain-lain yang dihiasi dengan seni ukiran yang indah. Pemasaran kini telah mencapai ke berbagai daerah (non-lokal), dan bahan bakunya berasal dari luar daerah (seperti Sumatara, Kalimantan, dan lain-lain). Jadi berdasarkan Matrik Tipologi Perkembangan Industri Perdesaan, industri Mebel tersebut tergolong pada Kuadran
Sama halnya dengan industri penggilingan batu, industri mebel ini jenis pekerjanya dulu awalnya adalah tenaga kerja keluarga (domestik) yang tanpa menerima bayaran, namun sekarang sudah mengalami peningkatan yaitu dengan tenaga kerja upahan, mereka adalah warga setempat (lokal) atau bahkan dari luar daerah tersebut (non-lokal). Dilihat dari jumlah pekerjanya, telah diketahui bahwa industri ini dulunya hanya dikerjakan oleh anggota keluarga yang hanya berkisar 4 pekerja yang kemudian bertambah menjadi beberapa pekerja yang biasanya jumlahnya sekitar 10 pekerja pertempat atau sentra. Untuk masalah modal usaha, mereka biasanya menggunakan modal dari uangnya sendiri yang pas-pasan atau bisa juga peminjaman dari saudara (modal domestik). Kemudian teknologi yang digunakan adalah teknologi terapan, yaitu dengan menggunakan teknologi yang sederhana yang lebih menekankan pada indutri padat karya. Pendekatan pengembangan indutri perdesaan mebel ini bertujuan untuk memberikan peluang atau kesempatan kerja bagi para pengangguran di desa agar dapat membantu tingkat perekonomian warga. Dan masalah pemasaran dari usaha mebel ini bisa langsung dari produsen ke konsumen, bisa juga melalui perantara lainnya, misalnya padagang perantara dan para eksportir.
Dari beberapa industri perdesaan yang ada di Jepara, mebel merupakan industri yang sangat terkenal, baik kualitas, kuantitas maupaun pemasarannya yang bisa menembus ke berbagai daerah bahkan sampai luar negeri.




3.    Konfeksi
Konfeksi di Kecamatan Kalinyamatan Jepara Jawa Tengah tergolong sebagai industri perdesaan karena industri tersebut merupakan sebuah industri yang berskala kecil disebut juga sebagai industri rumah tangga (home industry). Berikut adalah beberapa industri konfeksi :
No
Nama
Kegiatan Utama
1
Kerudung Karjo
membuat kerudung
2
Kerudung Khoriyah
membuat kerudung
3
Kerudung Legiman
membuat kerudung
4
Kerudung Lestari Collection
membuat kerudung
5
Kerudung Muria Collection
membuat kerudung
6
Kerudung Nor Hadi
membuat kerudung
7
Konfeksi H. Salim
Konfeksi kerudung
8
Konfeksi H. Hartono
Usaha Konfeksi
9
Konfeksi H. Mansur
Usaha Konfeksi
10
Konfeksi Heri Kuswanto
Konfeksi Kerudung
11
Konfeksi Hj. Hayati
kerajinan Konfeksi
12
Konfeksi Hj. Aslimah
Usaha Konfeksi
13
Konfeksi Nurunnisa
Usaha Konfeksi
14
Konfeksi Pakaian A. Sodikin
Konfeksi pakaian
15
Konfeksi Pakaian Abdilah
Konfeksi pakaian
16
Konfeksi Pakaian Ah Sidiq
Konfeksi pakaian
17
Konfeksi Pakaian H. Ali Mafud
Usaha Konfeksi pakaian jadi
18
Konfeksi Pakaian H. Asmui
Usaha Konfeksi pakaian jadi
19
Konfeksi Pakaian H. Subkhan
Usaha Konfeksi pakaian jadi
20
Konfeksi Pakaian H. Sulaeman
Usaha Konfeksi pakaian jadi
21
Konfeksi Pakaian H. Muhaimin
Konfeksi pakaian
22
Konfeksi Pakaian H. Muzaidi
Konfeksi pakaian
23
Konfeksi Pakaian H. Abdul Qodir
Konfeksi pakaian
24
Konfeksi Pakaian H. Mustofa
Konfeksi pakaian
25
Konfeksi Pakaian Junaidi
Konfeksi pakaian
26
Konfeksi Pakaian Jupri
Konfeksi pakaian
27
Konfeksi Pakaian Karyoto
Konfeksi pakaian
28
Konfeksi Pakaian M. Nadlir
Konfeksi pakaian
29
Konfeksi Pakaian Maslikhan
Usaha Konfeksi pakaian jadi
30
Konfeksi Pakaian Masnukin
Konfeksi pakaian

Beberapa industri konfeksi yang terdapat di Kecamatan Kalinyamatan tersebut menghasilkan beberapa produk seperti pada tabel tersebut yaituada yang berupa pakaian maupun kerudung. Pemasaran kini mencapai ke berbagai daerah sekitar (non-lokal), sedangkan bahan bakunya selain dari lokal juga berasal dari non-lokal. Jadi, berdasarkan Matrik Tipologi Perkembangan Industri Perdesaan, industri konfeksi tersebut tergolong pada Kuadran III (perkembangan Baik).
Di Kecamatan Kalinyamatan, usaha konfeksi terdapat paling banyak di sini, usaha konfeksi ini tidak berbeda dengan industri-industri perdesaan lainnya yaitu jenis pekerjanya dulu awalnya adalah tenaga kerja keluarga (domestik) yang tanpa menerima bayaran, namun sekarang sudah mengalami peningkatan yaitu dengan tenaga kerja upahan, mereka adalah warga setempat (lokal) atau bahkan dari luar daerah tersebut (non-lokal). Dilihat dari jumlah pekerjanya, telah diketahui bahwa industri ini dulunya hanya dikerjakan oleh anggota keluarga yang hanya berkisar 4 pekerja yang kemudian bertambah menjadi beberapa pekerja yang biasanya jumlahnya sekitar 20 pekerja pertempat atau sentra. Untuk masalah modal usaha, mereka biasanya menggunakan modal dari uangnya sendiri yang pas-pasan atau bisa juga peminjaman dari saudara (modal domestik) kemudian semakin berkembang mereka baru berani meminjam dari luar, misal Koperasi dan sebagainya. Kemudian teknologi yang digunakan adalah teknologi terapan, yaitu dengan menggunakan teknologi yang sederhana yang lebih menekankan pada indutri padat karya. Pendekatan pengembangan usaha konfeksi ini bertujuan untuk memberikan peluang atau kesempatan kerja bagi para pengangguran di desa agar dapat membantu tingkat perekonomian warga bisanya di geluti oleh perempuan, namun juga ada yang laki-laki. Dan masalah pemasaran dari usaha konfeksi ini bisa langsung dari produsen ke konsumen, bisa juga melalui perantara lainnya, misalnya padagang perantara dan para eksportir.



4.    Kapuk
Industri Kapuk di Kecamatan Kalinyamatan Jepara Jawa Tengah tergolong sebagai industri perdesaan karena industri tersebut merupakan sebuah industri yang berskala kecil disebut juga sebagai industri rumah tangga (home industry).
Di Kecamatan Kalinyamatan hanya terdapat satu industri kapuk, yaitu :
No
Nama
Kegiatan Utama
1
Kapuk Mastur
Pengolahan kapuk

Industri kapuk tersebut menghasilkan produk olahan hasil kapuk yang berupa kasur, bantal guling, dan lain-lain. Pemasaran mencapai ke berbagai daerah (non-lokal) meskipun bahan bakunya berasal dari lokal. Berdasarkan Matrik Tipologi Perkembangan Industri Perdesaan, Industri kapuk tersebut tergolong pada Kuadran II (perkembangan sedang).
Di Kecamatan Kalinyamatan, industri kapuk hanya terdapat di satu tempat, jenis pekerjanya dulu awalnya adalah tenaga kerja keluarga (domestik) yang tanpa menerima bayaran, namun sekarang menjadi tenaga kerja upahan, mereka adalah warga setempat (lokal) atau bahkan dari luar daerah tersebut (non-lokal). Dilihat dari jumlah pekerjanya, telah diketahui bahwa industri ini dulunya hanya dikerjakan oleh anggota keluarga yang hanya berkisar 4 pekerja yang kemudian bertambah menjadi beberapa pekerja yang biasanya jumlahnya sekitar 20 pekerja pertempat atau sentra. Untuk masalah modal usaha, mereka biasanya menggunakan modal dari uangnya sendiri yang pas-pasan atau bisa juga peminjaman dari saudara (modal domestik) kemudian semakin berkembang mereka baru berani meminjam dari luar, misal Koperasi dan sebagainya. Kemudian teknologi yang digunakan adalah teknologi terapan, yaitu dengan menggunakan teknologi yang sederhana yang lebih menekankan pada indutri padat karya. Pendekatan pengembangan usaha konfeksi ini bertujuan untuk memberikan peluang atau kesempatan kerja bagi para pengangguran di desa agar dapat membantu tingkat perekonomian warga. Dan masalah pemasaran dari industri kapuk ini bisa langsung dari produsen ke konsumen, bisa juga melalui perantara lainnya, misalnya padagang perantara dan para eksportir.




5.    Rokok
Industri rokok di Kecamatan Kalinyamatan Jepara Jawa Tengah tergolong sebagai industri perdesaan karena industri tersebut merupakan sebuah industri yang berskala kecil disebut juga sebagai industri rumah tangga (home industry). Berikut adalah beberapa industri rokok :
No
Nama
Kegiatan Utama
1
Rokok Semar Mesem
Produksi rokok
2
Rokok Tiga Roda
Produksi rokok
3
Rokok Citra
Produksi rokok
4
Rokok Djadi Jaya
Produksi rokok
5
Rokok Farida Tiga Putra
Produksi rokok
6
Rokok H. Adlan
Produksi rokok
7
Rokok Layar Putih
Produksi rokok
8
Rokok Sami Agung
Produksi rokok
9
Rokok Supangat
Produksi rokok
10
Rokok Suyono
Produksi rokok

Beberapa industri rokok di Kecamatan Kalinyamatan tersebut memang tidak menghasilkan produk yang terkenal jika dibandingkan dengan produk hasil produksi pabrik-pabrik terkenal seperti Djarum dan lainnya, meskipun hanya industri kecil menengah, pemasarannya kini juga mencapai ke berbagai daerah (non-lokal) dan bahan bakunya diperoleh dari non-lokal. Jadi, berdasarkan Matrik Tipologi Perkembangan Industri Perdesaan, industri Rokok tersebut tergolong pada Kuadran III (perkembangan baik).
Di Kecamatan Kalinyamatan, produksi rokok tidak berbeda dengan industri-industri perdesaan lainnya yaitu jenis pekerjanya dulu awalnya adalah tenaga kerja keluarga (domestik) yang tanpa menerima bayaran, namun sekarang sudah mengalami peningkatan yaitu dengan tenaga kerja upahan, mereka adalah warga setempat (lokal) atau bahkan dari luar daerah tersebut (non-lokal). Dilihat dari jumlah pekerjanya, telah diketahui bahwa industri ini dulunya hanya dikerjakan oleh anggota keluarga yang hanya berkisar 4 pekerja yang kemudian bertambah menjadi beberapa pekerja yang biasanya jumlahnya sekitar 20 pekerja pertempat atau sentra. Untuk masalah modal usaha, mereka biasanya menggunakan modal dari uangnya sendiri yang pas-pasan atau bisa juga peminjaman dari saudara (modal domestik) kemudian semakin berkembang mereka baru berani meminjam dari luar, misal Koperasi dan sebagainya. Kemudian teknologi yang digunakan adalah teknologi terapan, yaitu dengan menggunakan teknologi yang sederhana yang lebih menekankan pada indutri padat karya. Pendekatan pengembangan produksi rokok ini bertujuan untuk memberikan peluang atau kesempatan kerja bagi para pengangguran di desa agar dapat membantu tingkat perekonomian warga. Dan masalah pemasaran dari usaha konfeksi ini bisa langsung dari produsen ke konsumen, bisa juga melalui perantara lainnya, misalnya padagang setempat atau pedagang perantara.

6.    Kerupuk
Industri Kerupuk di Kecamatan Kalinyamatan Jepara Jawa Tengah tergolong sebagai industri perdesaan karena industri tersebut merupakan sebuah industri yang berskala kecil disebut juga sebagai industri rumah tangga (home industry). Berikut adalah beberapa industri kerupuk :
No
Nama
Kegiatan Utama
1
Kerupuk Purwadi
Membuat kerupuk bawang
2
Kerupuk H. Toha
Produksi kerupuk bawang dan makaroni

Industri kerupuk tersebut menghasilkan sebuah produk yaitu : kerupuk bawang dan makaroni. Pemasaran yang dulunya hanya sebatas lokal, kini telah mencapai ke berbagai daerah (non-lokal). Bahan bakunya berasal dari lokal sendiri. Jadi, berdasarkan Matrik Tipologi Perkembangan Industri Perdesaan, industri kerupuk tersebut tergolong pada Kuadran II (perkembangan sedang).
Industri kerupuk di Kecamatan Kalinyamatan jenis pekerjanya dulu awalnya adalah tenaga kerja keluarga (domestik) yang tanpa menerima bayaran, namun sekarang menjadi tenaga kerja upahan, mereka adalah warga setempat (lokal) atau bahkan dari luar daerah tersebut (non-lokal). Dilihat dari jumlah pekerjanya, telah diketahui bahwa industri ini dulunya hanya dikerjakan oleh anggota keluarga yang hanya berkisar 4 pekerja yang kemudian bertambah menjadi beberapa pekerja yang biasanya jumlahnya sekitar 20 pekerja pertempat atau sentra. Untuk masalah modal usaha, mereka biasanya menggunakan modal dari uangnya sendiri yang pas-pasan atau bisa juga peminjaman dari saudara (modal domestik). Kemudian teknologi yang digunakan adalah teknologi terapan, yaitu dengan menggunakan teknologi yang sederhana yang lebih menekankan pada indutri padat karya. Pendekatan pengembangan usaha konfeksi ini bertujuan untuk memberikan peluang atau kesempatan kerja bagi para pengangguran di desa agar dapat membantu tingkat perekonomian warga, dalam industri ini lebih ditekankan pada pekerja perempuan karena berhubungan dengan dapur dan kemas-mengemas. Dan masalah pemasaran dari industri kerupuk ini bisa langsung dari produsen ke konsumen, bisa juga melalui perantara lainnya, misalnya padagang setempat, pedagang tengkulak, maupun pedagang perantara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar